Baby and motherhood

Cerita Kelahiran Alana – Mencari Provider di Bali

15th November 2019 - 7 min read

Ngelanjutin cerita ‘Menunggu’ kemarin, aku pengen cerita sekaligus freeze the moment kelahiran Alana kemarin. Supaya bisa dibaca lagi dan bisa jadi bacaan untuk Alana kelak. Yang jelas sekarang aku tahu apa yang dilewati oleh semua perempuan yang memiliki anak, walaupun dengan cara yang berbeda-beda, tapi kurasa sensasinya dan perasaan magis-nya sama. Bersyukur sekali diberi kesempatan itu.

Hari itu, 17 Oktober 2019, waktunya kami check up ke dokter. Ohya, Dokter pilihan kami di Bali adalah dr Hariyasa.. Seorang dokter yang juga sangat spiritual dan percaya pada semua proses hamil juga persalinan yang sifatnya natural dan gentle. Hanya di dokter inilah waterbirth dibolehkan di Bali, karena dia adalah Ketua Asosiasi Waterbirth Indonesia dan merupakan seorang SPOG. Awalnya ingin sekali melahirkan di Bumi Sehat, Klinik Ibu Bidan Robin yang sudah terkenal di dunia. Bumi Sehat adalah sebuah tempat bersalin yang tidak berbayar, semuanya donasi-based. Lokasinya di Ubud, cukup jauh dari Nusa Dua. Sayangnya Ibu Robin tidak memiliki lisensi untuk melahirkan di air. Namun begitu, seluruh filosofi, pembelajaran, pembekalan dan kepercayaan-nya adalah sesuatu yang berbanding lurus dengan yang aku mau dalam kehamilan dan persalinan nanti.

Flashback sedikit ke belakang saat proses pencarian provider persalinan yang cocok di Bali.. 

Sehari sebelum kami terbang ke Indonesia, kami cek up terakhir di Belanda dengan midwife Marianne. Salah satu hal yang membedakan Belanda adalah proses kehamilan dan persalinan ditangani oleh midwife kecuali ada kondisi tertentu. Midwife berarti bahasa indonesia-nya bidan yahh.. si bidan ini menyenangkan sekali, entah karena midwife in general, atau aku beruntung mendapatkan Marianne. They do love their job and do it happily. Setiap kita kesana, kita merasa dirangkul apalagi sebagai orang tua yang belum tahu apa-apa. Vibe-nya enak, positif, happy.. Dan serasa ada personal engagement antara kita dan dia. Intinya, kami punya pengalaman baik yang secara otomatis kami jadikan standar sebagai thick list untuk dokter/bidan kami ke depannya di Indonesia.

Nah sebelum sampai ke Indonesia, aku tanya ke temen yang juga sedang hamil dan tinggal di Bali mengenai SPOG yang bagus. Akhirnya direkomendasikan ke dokter yang menangani dia.. dengan sudah dibekali lebih dulu sebelumnya, bahwa dokter ini agak kaku orangnya. Baiklahhh… Sampai di Indonesia kami pun langsung kontrol ke beliau.. Dan memang betul, kami sama sekali nggak merasakan kehangatannya huhu dan orangnya memang kaku, nggak gemar basa basi. Damar disemprot gara-gara ngeluarin HP untuk ngerekam saat USG sedang diambil 🙁 Di pertemuan pertama itu, semua langsung dicek dengan 3D dll tapi sayangnya tanpa persetujuan atau penjelasan detail. Pun saat mengambil USG, tidak ada penjelasan detil. It’s like he only does his job and get it done gitu rasanya.. He’s also expensive and far from where we live, walaupun itu bukan segalanya, tapi itu menambah pertimbangan bahwa it’s not really worth it to go to him. Dan dari birth plan yang aku ingin jalankan, he’s far from it. Menurut aku penting banget sih untuk cari provider yang tepat, kaya cari jodoh deh, harus memenuhi paling nggak kebanyakan kriteria yang kita inginkan. Let’s say it’s part of the process and we learnt something from it.

So, one day.. Kita mutusin untuk nyetir ke Ubud, selain karena ada janji tapi juga ingin bertandang ke Bumi Sehat.. Tempat Bidan Robin. It’s been my dream to have my labor there.. dan aku selalu membayangkan water birth in nature hehe that’s my wild dream about this pregnancy. Dan pindah ke Bali mendekatkan aku pada mimpi tersebut.

Kami datang ke sana dannn…. Allah pertemukan aku dengan Ibu Robin alhamdulillah sekali.. Orangnya sangat ramah dan dia mendengarkan keluh kesahku mengenai pencarian dokter, dan dia pun langsung menawarkan untuk hari itu daftar, survey tempat dan cek disana. It just worked magically.. Kurasa itu campur tangan Allah yang sangat mengerti harapan dan impianku untuk memberi yang terbaik untuk bayiku. Proses ini sekali lagi mengingatkan aku untuk bersyukur dan percaya akan kebesaranNya. Saat sedang bicara, aku baru tahu bahwa ternyata Bidan Robin sudah tidak diperbolehkan untuk menjalankan waterbirth oleh pemerintah. Dia literally bilang, dia bisa dideportasi kalau ketahuan melakukan praktek itu. Aku cukup sedih dan kecewa, tapi tetap ingin periksa disana dan membuka kesempatan untuk melahirkan disana. Dipikir-pikir, untuk selalu ke Ubud yang jaraknya hampir 1.5 jam dari Nusa Dua tiap bulan mungkin akan menjadi pe er untuk kita. Jadi aku tanya, apakah ada dokter atau bidan di dekat Nusa Dua yang sejalan dengan prinsip Gentle birth, lotus birth dll.. Dan Ibu Robin memberi kartu nama Dr Hariyasa Sanjaya di Renon.

Long story short, kami pun datang ke klinik sederhana beliau di Renon, beliau juga seorang SPOG di Bali Royal Hospital (BROS). Pertama kali bertemu, langsung jatuh hati dengan kehangatan dan penjelasannya. Walau juga tidak banyak bicara, tapi sangat merangkul.. dan menjawab pertanyaan dengan sabar. Terlihat kemurnian hatinyaa.. Kami juga cerita dengan keinginan kami untuk menjalankan waterbirth, dan dia menyambut dengan baik keinginan kami itu. Jadi saat itu juga, aku memutuskan untuk melanjutkan dengan dr Hariyasa. He’s the one.. (Note: Pertemuan pertama agak berbeda dengan setelah-setelahnya karena dr Hariyasa ini sangat sibuk, pasiennya banyaaaaak sekali, jadi perasaan bebas bertanya dan ngobrol panjang tidak terlalu terjadi di pertemuan berikut-berikutnya).


Kembali ke cerita melahirkan, di hari itu, dokter memeriksa lewat USG dan dia cukup kaget karena Lana yang 2 hari sebelumnya dan beberapa minggu sebelumnya stay di 3.6 kg tiba-tiba melonjak jadi 4.1 kg. Kemudian dia menjalankan apa yang namanya Bishop test untuk melihat ketebalan mulut rahimku (harusnya sudah menipis dan mendekati skor tertentu karena aku sudah hamil tua). Tapi ternyata hasilnya tidak memuaskan, dengan kekakuan dan tebal mulut rahimku di hari itu, dokter kuatir berat badan bayi akan bertambah lebih banyak lagi dan menyulitkan untukku yang sangat ingin melalui natural birth. Dokter pun memberi suggestion untuk room in keesokan hari dan dilakukan induksi. Disitu pupuslah harapan untuk melakukan waterbirth.. Melangkah gontai pulang dan berusaha untuk menyerap berita yang baru didengar…..

To be continued.. 

You Might Also Like

2 Comments

  • nininnurjanah@gmail.com'
    Reply Ninin 7th December 2019 at 9:36 am

    Aduuu mbaaak… Penasaraaaan 😱🤭

  • sayogand@gmail.com'
    Reply Yoga Prasetyo 1st February 2020 at 3:07 pm

    Bikin penasaran aja mbak mauril nih haha… btw congrats utk kelahiran Alana ya mbak..sehat terus baby nya dan tetap berbagi cerita

  • Leave a Reply