Finance Self growth Thoughts

Bicara Finansial

13th May 2018 - 6 min read

Kemarin-kemarin ini saya secara tidak sengaja menemukan instagram independent financial advisor company bernama Jouska.id yang ternyata sudah banyak sekali difollow oleh orang-orang. Menarik sekali isi-isinya yang meliput sekitaran, tabungan, investasi, gaya hidup modern, hedonism dimana semuanya berkesinambungan. Yang menarik buat saya adalah banyaknya cerita mengenai orang-orang yang terlilit hutang dan bagaimana orang-orang yang selalu merasa kekurangan seiring bertambahnya pemasukan mereka.

Menurut saya (padahal nggak ada yang nanya hehe), semuanya kembali lagi pada prioritas. Different personality, different priority, indeed. Semua pengeluaran yang kita keluarkan adalah pilihan, termasuk kewajiban membayar cicilan selama keputusan membeli di awal adalah keputusan kita sendiri. Untuk saya, aset adalah beban, saat bicara aset termasuk mobil, rumah, dan sebagainya. Aset juga tidak selalu baik. Menurut saya adalah penting untuk set goals dan priority di awal kemana uang akan dialokasikan. Sama seperti hidup, saat kita tidak mempunya goal dan impian, maka hidup akan berjalan berdasarkan aliran yang berjalan disekitar kita. Ibarat kayu di sungai, kita ngikut aja dan saat sadar, kayu itu sudah berada di mulut air terjun dan akan berlanjut ke laut. Intinya, kita punya power untuk memiliki kontrol akan hidup kita yang harus kita gunakan. Same with money, if you don’t have goal and idea on what to use your money for, you’ll be controlled by money before you know it. 

I used to be the person who relates money with greed. Itulah kenapa saya sempat sangat idealis dan hampir menghentikan karir saya saat ini karena saya merasa kesel dengan diri saya sendiri untuk bekerja di corporate in which I think I know I don’t belong to. While in fact, money should have no positive or negative connotation. Money is just a number, and that is the way our society function. First and foremost, change your money mindset. Money is empowering, it helps me to make me who I am. Saya akan tetap mengejar mimpi saya diluar dunia korporasi, but I can’t deny that it helped me to get me where I am now. Sepertinya uang di bank saya tidak banyak, tapi looking back, I have actually done quite some. Experiences I can’t count on, not materialistic things that fades away. Nggak ada yang salah dengan memiliki impian material, tapi kita harus tau dan bisa mengukur apa itu cukup? Karena saat kita selalu mengikutinya, tidak akan pernah ada kata cukup.

Let’s face it! Everything we do and we decide, there is always money involvement around it. Kita boleh justifikasi bahwa uang nggak membeli kebahagiaan dan uang adalah root of all evil. Masalahnya bukan di uangnya sendiri, tapi gimana kita pakainya yang determines its true value. Kalau kita bisa menggunakan uang secara bijaksana, we can do a lot of things with it, bantu keluarga, temen, sosial, dan banyak hal baik lainnya. Fondasi dalam finansial itu adalah SPENDING, bukan investing atau saving. Dan saya setuju banget akan hal itu.

Saya bukan expertise (obviously), tapi kepercayaan dan prioritas saya mengimbangi keputusan-keputusan saya dalam menggunakan uang. Beberapa teman saya bertanya, gimana caranya bisa sering travel, pasti uangnya banyak. It’s not about that. But I sacrifice other things in order to gain something I think it’s more important. Saya nggak sering makan diluar, saya nggak belanja sembarangan, saya pake sistem weekly groceries instead of buying when needed. Karena realitanya adalah, I am no billioanire. I need to spend my money wisely. Saat temen-temen pergi keluar nongkrong tiap hari, selain karena it’s not really my style, but hey if you accumulate how much money will be spent monthly for that, you might want to think twice. I do go out from time to time, but I also invite people over to my place where I cook for them. It’s nicer untuk menjamu orang, it’s cheaper, and you gain more close engagement with your relatives or whoever it is. Win-win right?

Realistis dalam mengeluarkan uang juga adalah salah satu hal penting yang harus ditanamkan di kepala kita. Jangan membeli sesuatu diluar dari kapasitas kita. Dan jangan membeli sesuatu yang nantinya akan menjerumuskan kita, seperti mobil seharga milyaran contohnya sedangkan pemasukan tidak sepadan dengan gaya hidup ini.

Tabungan adalah angka fix yang harus dialokasikan, sama seperti zakat. Bukan mengalokasikan saat sudah tersisa.

Satu hal yang saya notice, di Indonesia semuanya soal life style, if you don’t look rich you will be ignored in a nice place, if you do not wear something cool you will that look get tatapan dan komen nyinyir dari orang disekeliling. Perlakuan orang akan berubah saat kita naik kendaraan tertentu dan pakai tas tertentu, dan disitu gengsi kita akan diuji. Tapi disitulah value kita sebagai manusia juga akan diuji.. Do not do or buy something you know you do not want or need. Never buy something because all the others have it. Don’t we want to be different? Do not let the society defines you by your look, let them define you by your value and knowledge. At the end of the day, saya percaya kok orang-orang yang stick around adalah orang-orang yang satu frekuensi. Jadi menjadi diri sendiri adalah juga cara untuk memfilter pertemanan.

Money is important but it’s more important to understand that we have all the power to control the money, before we get controlled by the money.

You Might Also Like

No Comments

Leave a Reply