Thoughts

Percakapan siang ini

2nd December 2015 - 6 min read

Banyak banget hal yang aku dapetin dari berteman dengan berbagai macam karakter dan latar belakang manusia, mulai dari segi umur, pengalaman, pendidikan dan sebagainya. Kali ini aku lagi dibuat berpikir sama Wulan, my one and only soul sister. Sudah beberapa bulan ini, dia bawaanya sedih melulu. Kesedihan dia itu karena kurangnya waktu yang bisa dia dapetin untuk ber-quality time dengan dirinya sendiri dan juga untuk mengejar mimpi-mimpinya. Perlu dicatet, Wulan itu seorang istri, tinggal di London dan punya 2 putri yang cantik dan pinter. Untuk bisa bertahan hidup sejahtera di luar negeri, kemandirian adalah kunci. Setahun yang lalu, dia melahirkan anak keduanya dan setelah melahirkan dia suka cerita bahwa dia lagi nggak bahagia dengan dirinya. Bukan dengan hidupnya, tapi dengan dirinya. Katanya, dia merasa nggak produktif dan nggak bisa jadi Wulan yang sesungguhnya karena role dia sebagai seorang istri dan ibu, tentunya waktu jadi sangat sempit setiap harinya karena perhatian yang tersita ke putri-putri cantiknya. Awalnya perasaan dia adalah simply nggak happy. Emang nggak mudah mendefinisikan sebab musabab dari perasaan yang timbul dalam diri kita. Tapi perlahan-lahan dia mulai paham.

Wulan adalah perempuan tangguh dan hebat. Dia punya mimpi-mimpi besar yang pengen banget dicapai, tapi sayangnya beberapa mimpi terbesarnya belum sempat terealisasi. Aku selalu bilang, mimpi adalah janji kepada diri sendiri, jadi aku paham betul perasaan nggak fulfilled yang mengganggu dia. Dia ngerasa energi dan potensi dirinya nggak tersalurkan, sedangkan keinginan itu terlalu membuncah di dada. Waktunya tersita oleh pekerjaan ibu rumah tangga dan mengurus anak-anak cantiknya yang masih kecil. Pikiranku jadi melintas di masa depan, bagaimana aku harus menghadapi ambisi diri yang belum terpenuhi ketika aku nanti berkeluarga. Jalannya masih panjang, tapi aku percaya, Planning is everything.

Begini dia bilang:

W: To me, the worst thing was the feeling of isolation and that I didn’t have interaction with other people. I was mostly a mom and wife, but never myself. Nothing wrong of course with being a mom and wife, but I also needed to do things for myself and meet people to be stimulated.**

W: I share this to you because I know you are going to love your role as a mom later when you are blessed with kids. Yet if you feel depressed or something like what I have experienced lately, don’t be hard to yourself. You need to find your way to be Muriel, the one who makes you feel comfortable and happy. Muriel as a person.

W: Things are not that simple when it comes to a marriage with kids. There will be sacrifices. Things will changed. You cannot neglect the responsibilities you carry with all the roles you are blessed with. Yet you still have to stay being yourself. I hope you can learn something from my experience.

Dari segala perasaan ngalor ngidul yang dirasa apapun itu, dia selalu mengambil sebuah kesimpulan positif yang pada akhirnya member afirmasi positif ke diri dia. Oh how I just love positive-minded people. Dia sekarang jadi semangat banget, berapi-api untuk ngedapetin mimpinya. Aku yakin hasilnya akan sangat-sangat jauh lebih hebat, karena dia nggak cuma satu individu. Tapi banyak, karena dia juga istri dan ibu 🙂 My powerful mantra is, anything is possible and what you want you become. Especially with her, I see a great possibility. I have a big faith about it! Laksana Bulan, hadirnya  menerangi orang-orang disekitar dia. This one is another piece of quotes from her, which I really like, in regards to the subject.

“Tanpa itu semua terjadi, aku tidak akan terpaksa untuk bergerak, memulai langkahku.. Berubah memang tidak mudah. Tapi aku akan. Karena hasrat untuk menggapai mimpi itu tidak padam, apinya malah semakin menggelora. Dan aku bersyukur karena pengalaman ini kembali mengingatkanku untuk mencekram bumi dengan lebih kuat, mengakar. Karena aku ingin bagitu aku sampai dipuncak, aku tidak lupa asalku.” – WULAN

Dan itulah, aku jadi keinget pernah ngebaca satu post temen inspiratif di facebook. Sesuatu yang aku benar-benar cerna, ingat dan terapkan dari sekarang supaya nggak perlu ngalamin kegalauan yang Wulan rasain.

Sebelum aku memenuhi tugasku pada keluarga dan anak-anak, aku punya tugas yang lebih penting: tugas kepada diriku sendiri!”

Aku sering membayangkan, jika suatu saat aku menikah, aku akan melepaskan perlahan-lahan karir yang aku bangun, dan beralih fokus pada “pekerjaan” yang mendukung anak-anak dan suamiku. Maka suamiku, kepala keluargaku kelak harus punya mimpi yang besar. Bahtera mimpi yang cukup besar untuk menampung cita-cita kami berdua.

Jika aku harus “mengorbankan” mimpi pribadi yang kubangun sebelum menikah, maka mimpi kami bersama haruslah lebih besar dari mimpi pribadiku. Maka kami bisa menyatukan kekuatan kami dan berfokus bersama-sama untuk mewujudkan hal tersebut. Dan di tengah jalan aku tidak akan menyerah dan beralasan “andai aku mengejar mimpi pribadiku”.

Dan sebelum itu, aku mesti memastikan, bahwa aku pun “sudah selesai dengan diriku sendiri.”

I am very blessed to be able to open my eyes wildly and see these other people’s experience where I can learn from. The best school is indeed life.. The best lesson is from other people 🙂 Enak yaaahh bisa belajar dari orang lain. Aku pun nulis blog ini supaya aku tetep inget dengan hal-hal yang aku pelajari setiap harinya, syukur-syukur kalau bisa jadi inspirasi.

 

Thank you Wulan. Love love….

**Quoted from her friend

You Might Also Like

No Comments

Leave a Reply