Netherlands Thoughts

Setidaknya untuk aku

13th December 2015 - 5 min read

Musim dingin datang lagi perlahan menapaki bumi Eropa. Temperatur mulai menunjukan ketidakramahannya. Membuat orang disekeliling tidak lagi bisa meninggalkan rumah tanpa perlengkapan yang cukup. Tidak terasa, ini sudah menjadi musim dingin keenam-ku disini. Banyak hal yang aku lalui dengan latar belakang musim yang berganti. Caraku mereferensi waktu pun sudah tidak sama lagi. Dulu aku selalu menyebut bulan sebagai acuan waktu, aku mulai bekerja di bulan Februari, tapi sekarang aku lebih suka menyebutkan musim, aku pergi ke Indonesia di musim panas lalu.. Entah kenapa, itu membuat arti sedikit berbeda. Membuat memori waktu menjadi lebih spesial. Setidaknya untuk aku.

Belanda membentukku menjadi pribadi yang berbeda, pribadi yang terbuka dan menerima. Tidak ada pandangan aneh terhadap orang yang memutuskan untuk melakoni hidupnya melewati jalan lain, bukan jalanan umum. Itu yang aku suka dan akan aku rindukan suatu saat nanti. Dengan tidak ada ruang dan batas, kreativitas pun melega. Tidak ada label agama.. Semuanya sama, satu, dan semua berhak memiliki hidup yang sejahtera. Ekonomi dan infrastruktur yang baik membuat indeks kebahagiaan meningkat, tapi lagi-lagi, setidaknya untuk aku. Aku merasakan hidup di dua tempat, negara yang miskin dengan rakyat bahagia bernuansa kekeluargaan dan juga negara yang kaya dengan penduduk yang individualis bahkan cenderung kurang bahagia. Aku bersyukur diberi kesempatan untuk bisa mengeksplor keduanya, mengambil sari-sari baik yang bisa kuterapkan di hidupku… dan juga keluargaku nanti.

Enam tahun lalu, di bulan ulang tahunku, bulan Agustus 2009, aku menginjakkan kakiku di negara kincir angin ini. Perempuan muda yang belum 18 tahun harus melihat sekeliling dengan pandangan kosong, tanpa ekspektasi. Terlalu sulit buatku untuk menghadapi perubahan yang terlalu drastis. Aku tidak berekspektasi bukan karena aku sudah cukup dewasa untuk mengerti arti dan ruginya sebuah harapan, tapi karena aku terlalu naif untuk bergumul dengan lingkungan dan hal baru. Aku merasa cara hidupku selama ini adalah benar. Aku terlalu nyaman. Tapi arti nyaman selalu bias, nyamanku bukan berarti nyaman orang lain. Setidaknya itu untuk aku.

Itulah aku enam tahun lalu, tidak bercita-cita, tidak berharap, hidup hanya melewati arus.. Setelah beberapa tahun, aku baru sadar, pandangan dan cara berpikir itu terbentuk saat kita terbuka, mau berpikir, tidak hanya melihat tapi juga mendengar. Menggunakan panca indera sebaik-baiknya. Beruntunglah aku, masih remaja, masih bisa tumbuh dan berubah. Beruntunglah aku memiliki keluarga yang menuntun jalanku ke arah yang lebih baik. Aku perlu melihat dunia lain. Orang tuaku tahu, kakak-kakakku tahu, tapi aku tidak. Itulah yang aku butuhkan. Mereka menuntun, bukan menuntut.. Mereka memberikanku ruang untuk berpikir dan menentukan sendiri jalan hidupku.

Butuh waktu sekitar 6 bulan untuk aku mencerna apa yang terjadi dan beradaptasi sepenuhnya dengan perbedaan yang ada, pemahaman bahasa, musim yang jauh bertentangan dengan Indonesia, selisih waktu yang terjadi, dan sebagainya. Sampai akhirnya aku sadar, semua hal yang aku sebutkan itu adalah kelebihan dan hak istimewa yang tidak bisa didapatkan semua orang. Setidaknya untuk aku, aku bisa perlahan-lahan menikmati makna yang dikandung dari perbedaan. Makna yang dikandung dari perubahan. Dunia itu kaya, maka apalah aku. Semakin banyak aku tahu, semakin aku kecil rasanya. Semakin ingin tahu makna banyak hal yang tidak aku ketahui. Sesungguhnya, sekolah paling efisien adalah hidup, dan guru terbaik adalah pengalaman. Setidaknya untuk aku..

Enam tahun lamanya aku membentuk pribadiku. Ketidak mudahan hidup membentuk pribadiku ke arah yang lebih solid. Pribadi yang pantang menyerah. Aku percaya pada diriku sendiri bahwa apapun akan mungkin jika kita berusaha keras. Setidaknya itu untuk aku. Enam tahun berjalan cepat, aku menikmatinya, aku berjalan menoleh kebelakang dan melihat seberapa jauh aku berkembang. Jalanan ke belakang itu tidak terlihat, memaksaku untuk mengingat-ngingat, bukan kembali menyusurinya. Aku melihat, mendengar dan berpikir, maka terbentuklah aku. Setidaknya itu untuk aku.

Apa yang aku lakukan dan aku pikirkan sekarang, aku anggap benar. Tapi sebatas aku..
Kamu? Berpikirlah, setidaknya untuk kamu… dan bisa jadi itu juga benar.

You Might Also Like

No Comments

Leave a Reply